Pasar otomotif Indonesia saat ini tengah mengalami perubahan besar, terutama dengan semakin banyaknya merek asal China yang memasuki arena persaingan. Fenomena ini membuat beberapa dealer yang sebelumnya berafiliasi dengan pabrikan Jepang harus melakukan penyesuaian signifikan, bahkan sampai berganti logo. Langkah ini diambil oleh dealer-dealer Honda dan Mitsubishi, yang harus menghadapi kenyataan pahit di tengah merebaknya brand-brand baru yang menawarkan harga lebih kompetitif dan fitur yang menarik.
Yannes Martinus Pasaribu, seorang pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung, menjelaskan bahwa pergeseran ini mencerminkan ketatnya kompetisi di sektor otomotif Indonesia. “Brand Jepang saat ini menghadapi tantangan serius dalam mempertahankan posisi dominan mereka. Kehadiran brand China yang menawarkan harga lebih terjangkau, teknologi canggih, dan desain inovatif dengan nilai lebih yang tinggi menjadi ancaman nyata,” ungkap Yannes kepada ANTARA.
Dealer Jepang Berubah Logo
Seiring dengan penurunan minat beli terhadap produk-produk dari pabrikan Jepang, beberapa dealer Honda di berbagai daerah terpaksa harus mengganti logo mereka. Logo yang sebelumnya mengusung huruf “H” kini digantikan dengan logo dari merek asal China, seperti Chery dan BYD. Di antara dealer yang telah tutup, terdapat dealer di Jemursari (Surabaya), Pasteur (Bandung), Triputra Bekasi, dan Trimegah BSD.
Tak hanya Honda, dealer Mitsubishi di kawasan Cinere, Jawa Barat pun harus melakukan hal serupa dengan mengganti logo mereka menjadi logo merek Chery. Pergantian logo ini mencerminkan pergeseran minat konsumen yang beralih ke merek-merek baru yang menawarkan nilai lebih.
Data Penjualan yang Menurun
Data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (GAIKINDO) menunjukkan bahwa pengiriman kendaraan dari pabrikan ke dealer mengalami penurunan. Pada Januari 2025, PT Honda Prospect Motor (HPM) mencatat pengiriman yang cukup baik dengan 8.757 unit. Namun, angka ini menurun drastis pada bulan-bulan berikutnya, dengan hanya 6.303 unit pada Februari dan 3.000 unit pada Maret. Meski ada sedikit peningkatan di bulan April, pengiriman kembali menurun ke angka 4.375 unit di bulan Agustus dan 4.332 unit pada bulan September.
Dalam periode Year on Year (YoY), penurunan ini mencapai 32,7 persen bagi PT HPM. Sepanjang tahun 2025, mereka hanya berhasil mengirimkan 46.623 unit kendaraan ke dealer, jauh terpaut dari 69.320 unit pada tahun sebelumnya.
Di sisi lain, PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI) juga mengalami penurunan yang signifikan, sebesar 9,7 persen, dengan total pengiriman hanya mencapai 48.944 unit sepanjang tahun 2025.
Tren Meningkatnya Penjualan Mobil China
Di tengah penurunan yang dialami oleh dealer Jepang, penjualan mobil asal China justru menunjukkan tren positif. Yannes mencatat bahwa penjualan mobil China meningkat hingga lebih dari 350 persen YoY pada Juli 2025. Hal ini membuat beberapa dealer Jepang harus memikirkan kembali strategi mereka, mengingat banyak dealer yang menutup operasi setelah belasan tahun beroperasi.
“Dealer mulai menyadari bahwa potensi profit dari penjualan kendaraan listrik murah semakin menjanjikan. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika mereka beralih ke merek-merek yang mampu memberikan volume penjualan yang lebih tinggi,” jelas Yannes.
Perubahan ini, meskipun terjadi secara bertahap, dapat menjadi semacam virus yang mengubah cara pandang dealer konvensional. Mereka mulai menyadari bahwa prospek bisnis mereka akan semakin gelap jika terus bertahan dengan merek yang sama tanpa adanya perbaikan yang signifikan dalam kinerja keuangan.
Dengan perkembangan ini, para pelaku industri otomotif di Indonesia harus bersiap menghadapi tantangan baru. Brand-brand asal China yang semakin agresif dalam menawarkan produk mereka bisa jadi akan semakin mengubah peta persaingan di pasar otomotif Tanah Air.